TERBENTUKNYA CINCIN MATAHARI
Menurut Kepala Laboratorium Hidrometeorologi Fakultas
Geografi UGM Sudibyakto mengatakan, kejadian alam yang unik ini merupakan
fenomena atmosferik yang biasanya terjadi pada musim hujan. "Pada fenomena
ini, cahaya matahari dipantulkan oleh uap air yang naik di atmosfer. Cahaya
dipancarkan sehingga terlihat sebagai cincin pelangi," tuturnya.
Selama musim hujan banyak uap air naik ke
atmosfer hingga mencapai lapisan troposfer dengan ketinggian lebih kurang 10 40
kilometer (Km). Akibatnya, terjadilah suhu yang sangat dingin di lapisan
troposfer, yaitu sekitar minus 30-40 derajat Celsius. Pada saat inilah, uap air
di lapisan troposfer tersebut berfungsi sebagai kaca yang dapat memantulkan
cahaya matahari.
"Jadi, fenomena tersebut sama persis dengan
fenomena terbentuknya pelangi, hanya saja kalau pelangi biasanya terjadi pagi
atau sore hari, di mana sudut matahari terhadap bumi masih relatif rendah.
Sedangkan Cincin Halo itu pada siang hari," ucap Sudibyakto.
Menurut Guru Besar Geografi UGM tersebut,
fenomena ini sering disebut sebagai cincin pelangi karena lapisan warnanya
mirip pelangi. Hanya saja, warna tersebut tidak selengkap warna pada pelangi.
Istilah lain dari cincin disebut halo yang berasal dari bahasa Yunani Kuno
artinya lingkaran bulan.
Warna cincin pelangi matahari tak selengkap
pelangi ini perbedaan sudutnya. Cincin matahari biasanya terjadi pada siang
hari atau saat posisi matahari berada tepat di atas bumi. Sudut yang tegak
lurus membuat warna yang terbiaskan tidak selengkap pada pelangi di sore hari
yang terjadi dengan sudut tertentu.
Referensi:
baguuuus.......
BalasHapus